New York / Shanghai, 3 Agustus 2025 – Saham Alibaba Group Holding Ltd (BABA) mengalami penurunan signifikan pada akhir pekan perdagangan, menyentuh level USD 117,07 per lembar atau melemah sekitar 3,5% dibandingkan hari sebelumnya. Koreksi ini terjadi di tengah tekanan yang melanda pasar saham Asia secara umum, menyusul berbagai sentimen negatif dari dalam dan luar negeri Tiongkok.
Faktor-Faktor Penyebab Penurunan Saham Alibaba
Beberapa faktor utama yang mendorong penurunan nilai saham Alibaba dapat dirinci sebagai berikut:
-
Pelemahan Ekonomi Tiongkok
Data makroekonomi terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan manufaktur dan konsumsi di Tiongkok kembali melambat, terutama setelah ekspektasi pemulihan pasca-COVID yang tak kunjung terwujud sepenuhnya. PMI manufaktur Tiongkok untuk bulan Juli berada di bawah ambang batas ekspansi (50), memperkuat kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi jangka menengah. -
Ketegangan Geopolitik dan Tarif Baru dari AS
Presiden AS mengumumkan kebijakan peningkatan tarif impor untuk beberapa negara termasuk Tiongkok, sebagai bagian dari strategi proteksionis baru. Meskipun Alibaba beroperasi secara global, eksposurnya terhadap ekonomi domestik Tiongkok dan ketergantungannya pada logistik lintas negara menjadikannya sangat rentan terhadap ketegangan dagang global. -
Tekanan di Bursa Hong Kong dan Shanghai
Indeks Hang Seng turun lebih dari 3,4% pada Jumat lalu, mencerminkan penurunan tajam saham-saham teknologi. Investor asing juga mulai mengalihkan dana mereka dari saham China ke pasar yang dianggap lebih stabil seperti AS dan Eropa. Alibaba, sebagai salah satu saham unggulan dan kapitalisasi besar, terkena dampak cukup signifikan dari aksi jual ini. -
Kinerja Laba yang Dianggap Kurang Meyakinkan
Meski belum merilis laporan keuangan Q2 secara resmi, prediksi analis menunjukkan perlambatan pertumbuhan laba Alibaba dibandingkan kuartal sebelumnya, terutama di sektor cloud dan e-commerce yang menjadi andalan utama perusahaan.
Respons Pasar dan Investor
Banyak investor institusi memilih untuk mengambil posisi defensif. Beberapa hedge fund besar dilaporkan memangkas eksposur terhadap saham teknologi China dan lebih memilih berinvestasi pada aset-aset defensif seperti emas atau saham sektor kesehatan di AS.
“Pasar Tiongkok saat ini berada dalam fase konsolidasi. Ketidakpastian kebijakan dan arah ekonomi makro membuat investor lebih berhati-hati, terutama terhadap saham-saham seperti Alibaba yang sangat sensitif terhadap perubahan sentimen,” ujar analis dari Morgan Stanley Asia.
Prospek Alibaba: Masih Layak Dipertimbangkan?
Meskipun harga saham Alibaba saat ini mengalami tekanan, beberapa analis percaya bahwa penurunan ini bersifat sementara dan bisa menjadi peluang beli bagi investor jangka panjang. Berikut sejumlah argumen yang mendukung optimisme terhadap Alibaba:
-
Valuasi yang Lebih Rendah dari Rata-Rata Historis
Saat ini Alibaba diperdagangkan pada price-to-earnings ratio (P/E) di bawah 15 kali, jauh lebih murah dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir. -
Diversifikasi Bisnis yang Kuat
Selain e-commerce, Alibaba memiliki portofolio bisnis yang luas, termasuk layanan cloud, logistik, dan media digital. -
Likuiditas Tinggi dan Kas yang Kuat
Alibaba masih memiliki posisi kas yang solid dan tidak memiliki masalah likuiditas, memberikan fleksibilitas untuk melakukan buyback atau ekspansi di masa depan.
Namun tetap saja, risiko makro dan ketidakpastian regulasi masih membayangi, dan investor perlu memperhatikan perkembangan dalam beberapa minggu ke depan sebelum mengambil keputusan besar.
Kesimpulan
Saham Alibaba mencerminkan kondisi pasar saham Asia yang sedang berada di bawah tekanan besar akibat kombinasi dari perlambatan ekonomi, ketegangan dagang global, serta aksi jual investor asing. Meskipun outlook jangka pendek terlihat menantang, prospek jangka panjang masih menarik, khususnya bagi investor yang mampu menahan volatilitas dan percaya pada fundamental bisnis Alibaba yang kokoh.
Dalam kondisi seperti ini, strategi investasi yang selektif dan berbasis data menjadi kunci utama. Alibaba mungkin sedang tergelincir hari ini, namun bukan berarti ia kehilangan potensinya sebagai salah satu pemimpin digital terbesar di Asia.