Pada perdagangan Selasa, 12 Agustus 2025, nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Tren ini mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar menjelang rilis data inflasi AS yang akan menjadi salah satu penentu arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) ke depan.
Tekanan dari Data Ekonomi AS
Data inflasi AS yang akan dirilis malam ini menjadi fokus perhatian global. Investor memperkirakan bahwa angka inflasi akan tetap berada pada level yang cukup tinggi, meskipun sedikit melandai dibanding bulan sebelumnya. Jika hasilnya sesuai atau bahkan lebih tinggi dari ekspektasi, maka peluang The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi akan semakin besar. Hal ini biasanya memperkuat dolar AS karena imbal hasil aset berdenominasi dolar menjadi lebih menarik.
Faktor Domestik yang Membatasi Penguatan Rupiah
Selain faktor eksternal, rupiah juga mendapat tekanan dari kondisi domestik. Data neraca perdagangan Indonesia yang baru-baru ini diumumkan menunjukkan surplus, namun nilainya lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan surplus ini memicu kekhawatiran akan berkurangnya pasokan devisa, sehingga memengaruhi daya tahan rupiah di tengah gejolak global.
Dari sisi kebijakan, Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25% sebagai bentuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mengendalikan inflasi domestik. Namun, perbedaan suku bunga dengan AS yang relatif kecil membuat arus modal asing cenderung keluar (capital outflow), sehingga memberikan tekanan tambahan pada rupiah.
Sentimen Pasar dan Pergerakan Hari Ini
Sejumlah analis memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.260 – Rp16.340 per dolar AS sepanjang hari ini. Jika rilis data inflasi AS menunjukkan angka lebih tinggi dari perkiraan, tidak menutup kemungkinan rupiah menembus batas atas kisaran tersebut. Sebaliknya, jika data lebih rendah dari ekspektasi, rupiah berpeluang menguat meski penguatan tersebut diperkirakan terbatas.
Pasar keuangan global saat ini juga dipengaruhi oleh faktor geopolitik, termasuk ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok yang kembali memanas. Isu ini berpotensi meningkatkan permintaan dolar AS sebagai aset safe haven, sekaligus memberikan tekanan lanjutan terhadap mata uang negara berkembang seperti rupiah.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, prospek rupiah hari ini akan sangat bergantung pada hasil data inflasi AS. Para pelaku pasar disarankan untuk tetap waspada terhadap volatilitas tinggi, terutama menjelang sesi perdagangan Amerika. Strategi lindung nilai (hedging) menjadi penting bagi pelaku bisnis yang memiliki eksposur terhadap transaksi dolar AS, mengingat pergerakan yang cepat dan sulit diprediksi.