8 Agustus 2025 – Dunia teknologi blockchain kembali bergairah setelah sebuah proyek NFT berbasis metaverse berhasil mengamankan pendanaan besar dari sejumlah investor ventura global. Proyek tersebut, yang dinamakan "MetaHorizon", mendapat suntikan dana sebesar $75 juta dalam putaran pendanaan Seri B, dipimpin oleh perusahaan modal ventura asal Singapura dan didukung oleh investor teknologi ternama dari Silicon Valley.
Menggabungkan NFT dan Dunia Virtual
MetaHorizon adalah platform metaverse interaktif yang mengintegrasikan teknologi non-fungible tokens (NFT) sebagai identitas digital untuk avatar, item, dan aset dalam dunia virtual. Pengguna dapat membeli tanah virtual, membangun ruang interaktif, dan menjual aset digital mereka melalui marketplace terintegrasi. Semua transaksi didukung oleh blockchain, menjamin kepemilikan yang sah dan transparan.
Menurut CEO MetaHorizon, Arvind Kale, pendanaan ini akan digunakan untuk memperluas tim pengembang, meningkatkan kemampuan grafis 3D real-time, serta membangun integrasi dengan sistem virtual reality (VR) dan augmented reality (AR).
"Kami percaya bahwa masa depan internet adalah dunia virtual yang terdesentralisasi. Dengan dukungan ini, kami akan menciptakan ruang di mana kreativitas dan ekonomi digital bertumbuh tanpa batas," kata Kale.
Minat Investor Masih Tinggi terhadap Metaverse
Meskipun hype terhadap metaverse sempat melambat setelah booming tahun 2021–2022, nyatanya investor masih menunjukkan minat besar terhadap proyek yang memiliki arah dan model bisnis jelas. Menurut laporan dari CoinDesk bulan ini, terdapat lebih dari $1,2 miliar yang telah digelontorkan ke berbagai startup metaverse sejak awal tahun 2025, dengan sebagian besar diarahkan ke sektor gaming, real estate virtual, dan event digital.
Pendanaan terhadap MetaHorizon juga mencerminkan tren bahwa proyek yang menggabungkan NFT utility, interaktivitas, dan pengalaman imersif memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dalam jangka panjang.
Peluang di Indonesia dan Asia Tenggara
Fenomena ini juga menjadi sinyal positif bagi ekosistem blockchain dan kreator digital di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Semakin banyak seniman, developer, dan komunitas kreatif mulai merambah dunia metaverse untuk memperluas eksistensi karya mereka secara global. Beberapa universitas di Indonesia bahkan mulai mengembangkan kurikulum metaverse dan NFT untuk mendukung kesiapan talenta muda menghadapi revolusi digital ini.
Pakar teknologi dari Universitas Indonesia, Dr. Luki Ramadhani, menilai bahwa kolaborasi antara sektor kreatif dan blockchain adalah hal yang tak terhindarkan.
“Metaverse bukan lagi hanya tren, tapi bentuk baru dari interaksi sosial dan ekonomi. Ini saatnya pelaku kreatif lokal ikut ambil bagian,” ujar Luki.
Tantangan Tetap Ada
Meskipun peluang besar, ada beberapa tantangan yang tetap harus dihadapi oleh proyek seperti MetaHorizon. Salah satunya adalah adopsi massal yang masih terhambat oleh perangkat keras mahal seperti headset VR, serta rendahnya literasi digital masyarakat umum terhadap blockchain dan NFT. Regulasi terkait aset digital juga masih belum seragam di berbagai negara.
Namun dengan pendanaan besar dan roadmap yang jelas, MetaHorizon dan proyek-proyek sejenis berpeluang menjadi pionir dalam membangun ekosistem metaverse generasi baru.
Penutup
Kabar pendanaan besar terhadap MetaHorizon menjadi bukti bahwa metaverse dan NFT masih memiliki masa depan yang menjanjikan. Bagi pelaku industri, investor, maupun kreator digital, inilah saat yang tepat untuk mulai memahami dan terlibat dalam transformasi besar ini.