Dalam beberapa dekade terakhir, dunia menghadapi ancaman serius dari bahan kimia sintetis yang dikenal sebagai PFAS (Per- and Polyfluoroalkyl Substances). Zat ini mendapat julukan “forever chemicals” karena sifatnya yang sangat stabil dan hampir mustahil terurai secara alami. PFAS ditemukan dalam berbagai produk sehari-hari seperti panci anti lengket, busa pemadam kebakaran, hingga kemasan makanan cepat saji. Meski bermanfaat dalam industri, dampak buruknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan telah menimbulkan kekhawatiran global.
Kini, sebuah terobosan ilmiah menghadirkan harapan baru: PFAS dapat diurai menggunakan sinar matahari.
Mengapa PFAS Sangat Berbahaya?
PFAS memiliki ikatan karbon-fluorin yang sangat kuat, membuatnya tahan terhadap panas, air, dan degradasi kimia. Karena sifat ini, PFAS bisa bertahan ratusan tahun di tanah maupun air. Penelitian menunjukkan paparan jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker, gangguan hormon, penurunan kekebalan tubuh, hingga masalah pada perkembangan anak. Tidak heran jika PFAS menjadi sorotan utama badan lingkungan dunia.
Penemuan Metode Pemecahan dengan Sinar Matahari
Para ilmuwan berhasil menemukan cara memanfaatkan fotokatalis yang bekerja dengan bantuan sinar matahari untuk memecah ikatan kuat dalam PFAS. Proses ini memanfaatkan reaksi kimia alami yang terjadi saat cahaya menumbuk katalis tertentu, menghasilkan radikal bebas yang mampu merusak struktur molekul PFAS.
Berbeda dengan teknologi sebelumnya—seperti pembakaran suhu tinggi atau penggunaan bahan kimia tambahan—metode berbasis cahaya matahari jauh lebih ramah lingkungan, murah, dan berkelanjutan. Bayangkan, polutan yang selama ini dianggap abadi akhirnya dapat dihancurkan dengan energi terbarukan.
Dampak Positif bagi Lingkungan
Jika teknologi ini dapat diterapkan secara luas, ada potensi besar untuk membersihkan sungai, danau, hingga sumber air minum yang tercemar. Negara-negara maju, terutama yang memiliki tingkat penggunaan PFAS tinggi, bisa memanfaatkan metode ini untuk memulihkan ekosistem. Bahkan negara berkembang dengan akses energi terbatas dapat menggunakannya karena hanya membutuhkan sinar matahari sebagai sumber utama.
Selain itu, metode ini membuka jalan bagi pengelolaan limbah industri yang lebih bertanggung jawab. Pabrik dapat menerapkan sistem penyaringan berbasis fotokatalis sebelum membuang limbah, sehingga mencegah pencemaran sejak awal.
Tantangan yang Masih Dihadapi
Meski terdengar menjanjikan, penerapan teknologi ini dalam skala besar masih menghadapi hambatan. Penelitian harus memastikan efektivitas metode ini pada berbagai jenis PFAS, bukan hanya beberapa senyawa tertentu. Selain itu, proses skalabilitas, biaya instalasi, dan efisiensi jangka panjang juga perlu diuji lebih lanjut. Namun, optimisme para ilmuwan cukup tinggi bahwa metode ini bisa segera menjadi solusi global.
Harapan untuk Masa Depan
Terobosan ini memberi secercah cahaya—secara harfiah dan kiasan—bagi upaya dunia melawan polusi kimia yang membandel. Jika benar-benar terwujud, anak cucu kita tidak lagi harus hidup dalam bayang-bayang bahan kimia yang selama ini dianggap “tak bisa dihancurkan”.
PFAS yang dulu disebut “forever chemicals” bisa saja segera kehilangan julukan itu.