Di salah satu tempat paling terpencil di planet ini — benua Antartika — sekelompok ilmuwan dari berbagai negara tengah menggali masa lalu Bumi yang luar biasa jauh: hingga 1,2 juta tahun ke belakang. Melalui proyek ambisius bernama Beyond EPICA – Oldest Ice Project, mereka berharap dapat mengungkap rahasia perubahan iklim yang pernah terjadi di planet ini, serta memahami bagaimana Bumi bereaksi terhadap fluktuasi suhu ekstrem di masa lalu.
Latar Belakang Proyek Beyond EPICA
“Beyond EPICA” merupakan kelanjutan dari proyek sebelumnya yang disebut EPICA (European Project for Ice Coring in Antarctica), yang pada awal 2000-an berhasil mengebor inti es sedalam lebih dari 3.200 meter dan merekam data iklim hingga 800 ribu tahun silam. Proyek itu sudah dianggap salah satu pencapaian ilmiah terbesar abad ini karena mampu menunjukkan hubungan antara kadar gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO₂) dan suhu global dari masa ke masa.
Namun, bagi para ilmuwan iklim, 800 ribu tahun belum cukup. Mereka ingin menembus batas satu juta tahun — periode penting yang dikenal dengan sebutan Mid-Pleistocene Transition (MPT). Pada masa itu, pola siklus iklim Bumi berubah secara signifikan: dari siklus glasial setiap 40.000 tahun menjadi sekitar 100.000 tahun. Para peneliti ingin tahu mengapa perubahan besar itu terjadi dan bagaimana gas rumah kaca berperan di dalamnya.
Untuk itu, dibentuklah proyek baru bernama Beyond EPICA, yang dimulai secara resmi pada tahun 2019.
Tujuan Utama Penelitian
Tujuan utama proyek ini adalah mengambil inti es (ice core) yang mampu menyimpan gelembung udara purba dari atmosfer Bumi hingga 1,2 juta tahun lalu. Dalam gelembung-gelembung kecil di dalam es itu, terdapat “arsip alami” berupa sampel udara yang sebenarnya pernah ada di masa lampau. Dengan menganalisis kandungan CO₂, metana, dan isotop oksigen di dalamnya, para ilmuwan dapat mengetahui suhu global dan komposisi atmosfer di masa tersebut.
Selain itu, data dari inti es ini juga akan membantu menjawab pertanyaan penting:
-
Apa penyebab pergeseran siklus glasial sekitar satu juta tahun lalu?
-
Apakah kadar karbon dioksida pada masa itu cukup tinggi untuk memicu perubahan iklim besar?
-
Bagaimana sistem iklim Bumi merespons perubahan alami sebelum manusia ikut mempengaruhinya?
Lokasi Penelitian: Dome C, Antartika Timur
Lokasi pengeboran utama proyek ini terletak di Dome C, salah satu titik tertinggi di Antartika Timur, sekitar 3.200 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini dipilih karena memiliki lapisan es yang tebal, stabil, dan relatif tidak terganggu oleh aliran es bawah permukaan. Kondisi tersebut membuatnya ideal untuk menyimpan rekaman iklim purba yang tidak terdistorsi selama jutaan tahun.
Dome C juga merupakan lokasi yang sangat ekstrem. Suhu udara rata-rata di sana bisa mencapai −54°C, dengan kelembapan yang nyaris nol dan angin yang terus bertiup kencang. Tim peneliti bekerja hanya selama musim panas Antartika, sekitar November hingga Februari, ketika suhu sedikit “lebih hangat” (sekitar −25°C) dan matahari tidak pernah benar-benar terbenam.
Tantangan Teknologi dan Manusia
Mengebor es hingga kedalaman lebih dari 2,7 kilometer bukanlah pekerjaan mudah. Alat bor harus menembus lapisan es yang sangat keras, sambil memastikan bahwa inti es yang diambil tetap utuh dan tidak terkontaminasi udara modern.
Setiap potongan inti es memiliki panjang sekitar 1 meter, yang kemudian dikumpulkan, diberi label, dan disimpan di suhu beku sebelum dikirim ke laboratorium di Eropa untuk dianalisis.
Selain tantangan teknis, kondisi fisik dan mental para peneliti juga diuji. Mereka bekerja di tengah kesunyian total, di lokasi yang lebih jauh dari pemukiman manusia dibanding Stasiun Luar Angkasa Internasional dari Bumi. Komunikasi, pasokan logistik, dan kesehatan mental menjadi faktor penting yang diawasi secara ketat.
Namun, bagi mereka, setiap potongan es adalah seperti halaman buku sejarah Bumi — semakin dalam mereka menggali, semakin tua kisah yang terbuka.
Temuan Awal yang Menakjubkan
Pada tahun 2025, tim Beyond EPICA mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai lapisan es yang berusia lebih dari 1,2 juta tahun — rekor baru dalam sejarah penelitian iklim. Ini berarti manusia kini memiliki akses langsung pada data atmosfer yang jauh lebih tua daripada sebelumnya.
Hasil analisis awal menunjukkan bahwa kadar karbon dioksida pada periode antara 1,2 hingga 900 ribu tahun lalu lebih rendah dan stabil dibandingkan periode setelahnya. Namun, fluktuasi suhu global justru menunjukkan pola yang berubah-ubah lebih tajam. Hal ini mengindikasikan bahwa mekanisme perubahan iklim di masa itu mungkin lebih kompleks dari yang selama ini diperkirakan.
Para ilmuwan juga menemukan adanya perbedaan komposisi isotop oksigen, yang membantu memetakan bagaimana suhu permukaan lautan dan daratan berubah seiring waktu. Temuan ini membuka peluang besar untuk memahami bagaimana lautan, es, dan atmosfer saling berinteraksi dalam jangka waktu jutaan tahun.
Dampak Ilmiah dan Manfaat Global
Data dari Beyond EPICA sangat berharga bukan hanya untuk komunitas ilmiah, tetapi juga bagi kebijakan iklim modern. Dengan mengetahui bagaimana Bumi “menanggapi” perubahan suhu alami di masa lalu, ilmuwan dapat membuat model prediksi iklim masa depan yang lebih akurat.
Sebagai contoh, jika pada masa lalu kadar CO₂ hanya meningkat sedikit namun berdampak besar pada suhu global, itu menunjukkan betapa sensitifnya sistem iklim terhadap perubahan kecil. Maka, peningkatan CO₂ akibat aktivitas manusia yang jauh lebih cepat dan besar saat ini bisa menimbulkan konsekuensi yang lebih parah daripada yang diperkirakan.
Selain itu, proyek ini juga menjadi simbol kerja sama internasional dalam sains. Lebih dari sepuluh negara Eropa berpartisipasi, termasuk Italia, Prancis, Jerman, Norwegia, dan Inggris. Pendanaan berasal dari program riset Uni Eropa, sementara dukungan logistik diberikan oleh berbagai lembaga antariksa dan cuaca dunia.
Di tengah ketegangan global dalam berbagai bidang, proyek ini menunjukkan bagaimana sains dapat mempersatukan manusia demi tujuan bersama: memahami dan menjaga planet ini.
Apa Selanjutnya?
Setelah inti es tertua berhasil diambil, pekerjaan besar berikutnya adalah analisis laboratorium. Potongan-potongan es itu akan dikirim ke fasilitas penelitian di Italia, Prancis, dan Jerman, di mana ilmuwan akan mengukur kadar gas rumah kaca, isotop stabil, debu vulkanik, serta elemen kimia lain yang tersimpan di dalamnya.
Proses ini bisa memakan waktu bertahun-tahun, karena setiap lapisan es mewakili periode yang berbeda — dari ribuan hingga jutaan tahun. Data tersebut kemudian akan dikombinasikan dengan hasil penelitian geologi, lautan, dan model komputer untuk menghasilkan gambaran lengkap tentang evolusi iklim Bumi.
Selain itu, tim peneliti juga berencana menggunakan teknologi pengeboran baru untuk menjangkau area lain di Antartika yang mungkin menyimpan es yang lebih tua, mungkin hingga 1,5 juta tahun. Mimpi besar mereka adalah memiliki rekaman iklim Bumi yang berkesinambungan selama dua juta tahun terakhir — sesuatu yang belum pernah dicapai manusia sebelumnya.
Penutup: Cermin Masa Lalu untuk Masa Depan
Proyek Beyond EPICA bukan hanya tentang menggali es, tetapi juga tentang menggali kesadaran manusia akan betapa rapuhnya keseimbangan iklim planet ini. Dari setiap gelembung udara kuno yang ditemukan, kita belajar bahwa Bumi pernah mengalami pemanasan dan pendinginan ekstrem, namun semuanya terjadi dalam rentang waktu yang sangat panjang — ribuan bahkan jutaan tahun.
Kini, perubahan yang serupa terjadi hanya dalam hitungan satu atau dua abad akibat aktivitas manusia.
Dengan memahami masa lalu, ilmuwan berharap kita bisa memperkirakan masa depan — dan yang lebih penting, menghindari kesalahan yang bisa mengancam kehidupan di planet ini. Dalam setiap potongan es purba, tersimpan pesan halus dari Bumi: bahwa segala yang kita lakukan hari ini akan menjadi lapisan sejarah bagi generasi yang akan datang.