The Fed Tahan Suku Bunga, Nada Hawkish Dorong Penguatan Dolar AS

Semua hal
0

 

Washington DC, 31 Juli 2025 — Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), secara resmi menahan suku bunga acuan pada kisaran 4,25% hingga 4,50% dalam pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) terakhir bulan Juli. Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi pasar, namun pernyataan yang disampaikan oleh Ketua The Fed, Jerome Powell, memberikan kejutan tersendiri bagi para pelaku pasar dan analis global.

Nada Komunikasi yang Cenderung Hawkish

Dalam konferensi pers usai pengumuman kebijakan, Powell menegaskan bahwa The Fed tidak terburu-buru menurunkan suku bunga, bahkan ketika inflasi tampak mulai terkendali. Ia menyatakan bahwa masih ada risiko inflasi kembali meningkat jika pelonggaran dilakukan terlalu cepat. Akibatnya, ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga pada pertemuan bulan September mulai memudar.

“Kami akan tetap bersabar dan menunggu data ekonomi berikutnya. Risiko inflasi tetap menjadi perhatian utama kami,” ujar Powell.

Nada pernyataan ini dipandang oleh pasar sebagai hawkish — istilah yang merujuk pada sikap bank sentral yang cenderung mempertahankan atau menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi.

Dampak Langsung pada Dolar dan Obligasi

Reaksi pasar terhadap pernyataan The Fed sangat cepat. Nilai dolar AS langsung menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk euro, yen Jepang, dan poundsterling Inggris. Indeks dolar (DXY), yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, mencatat kenaikan harian tertinggi dalam tiga minggu terakhir.

Selain itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun juga naik, mencerminkan persepsi bahwa suku bunga tinggi akan bertahan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

Ekspektasi yang Terkoreksi

Sebelum pertemuan ini, sebagian besar analis dan investor memperkirakan bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada kuartal ketiga 2025, terutama karena data inflasi bulanan menunjukkan tren menurun. Namun, pernyataan Powell telah mengubah sentimen tersebut secara drastis.

Sekarang, para pelaku pasar memprediksi bahwa pemangkasan pertama suku bunga kemungkinan besar baru akan terjadi pada akhir tahun, atau bahkan ditunda hingga 2026, tergantung pada bagaimana inflasi dan pertumbuhan ekonomi berkembang dalam beberapa bulan ke depan.

Konteks Global: Dolar Menguat, Emerging Market Tertekan

Penguatan dolar AS setelah pernyataan The Fed memberikan dampak signifikan ke pasar global. Mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah Indonesia, peso Meksiko, dan real Brasil, mengalami pelemahan terhadap USD. Hal ini juga menambah tekanan terhadap arus modal di pasar negara berkembang, karena investor global kembali melirik aset berbasis dolar yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi dan lebih aman.

Potensi Risiko dan Kehati-hatian The Fed

Meskipun menunjukkan sikap hawkish, Powell tetap menyampaikan bahwa The Fed siap untuk menyesuaikan kebijakan bila kondisi makroekonomi berubah secara drastis. Ia menekankan pentingnya ketergantungan pada data (data-dependent approach) dalam setiap keputusan kebijakan ke depan.

Kekhawatiran terhadap pelemahan sektor tenaga kerja, tekanan biaya hidup, dan ketidakpastian global seperti konflik geopolitik dan volatilitas harga energi tetap menjadi pertimbangan utama.


Kesimpulan

Keputusan The Fed untuk menahan suku bunga pada level tinggi dan pernyataan hawkish dari Ketua Jerome Powell telah mengubah lanskap ekspektasi pasar secara signifikan. Dolar AS menguat tajam, ekspektasi pemangkasan suku bunga tertunda, dan tekanan terhadap mata uang negara berkembang meningkat. Ke depan, arah kebijakan moneter AS akan sangat tergantung pada data inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan kondisi tenaga kerja.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Now
Ok, Go it!