Pada perdagangan hari ini, sentimen pasar emas global dipengaruhi oleh kombinasi faktor makroekonomi dan geopolitik yang masih cukup kompleks. Salah satu sorotan utama adalah permintaan emas fisik di Asia, khususnya di dua pasar utama: India dan Tiongkok.
Meski harga emas global (XAU/USD) masih berada di kisaran tinggi, mendekati level psikologis USD 3.300 per ounce, permintaan emas fisik di kawasan Asia menunjukkan kestabilan. Di Tiongkok, permintaan konsumen tetap kuat karena adanya kebutuhan logam mulia untuk perhiasan dan investasi jangka panjang. Pemerintah Tiongkok juga disebut‑sebut meningkatkan cadangan emasnya dalam beberapa bulan terakhir, sebagai langkah diversifikasi cadangan devisa dari dominasi dolar AS.
Sementara itu, di India, meskipun musim perayaan belum sepenuhnya dimulai, para pedagang mulai mencatatkan peningkatan minat beli dari konsumen rumah tangga dan investor lokal, yang memanfaatkan setiap penurunan harga sebagai peluang akumulasi. Hal ini terlihat dari laporan asosiasi perdagangan logam mulia India yang menyebut adanya peningkatan volume transaksi emas batangan dan perhiasan menjelang festival Raksha Bandhan dan musim pernikahan.
Namun, dari sisi global, sentimen pasar masih bersifat “wait and see”. Investor global menanti rilis data ekonomi AS, termasuk inflasi inti PCE dan keputusan suku bunga dari Federal Reserve. Penguatan dolar AS juga menjadi penghambat utama bagi kenaikan signifikan emas, karena membuat harga logam mulia ini lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Di sisi lain, ketegangan geopolitik di kawasan Laut Tiongkok Selatan serta konflik yang belum mereda di beberapa wilayah seperti Ukraina dan Timur Tengah memberikan alasan tambahan bagi investor institusional untuk mempertahankan kepemilikan emas sebagai safe haven.
Secara keseluruhan, permintaan fisik emas di Asia tetap menjadi fondasi kuat bagi harga XAU/USD, meskipun tekanan dari faktor makroekonomi global masih membatasi lonjakan harga lebih lanjut.
